• Indonesia sebagai negara ber-Bhinneka Tunggal Ika saat ini sedang menghadapi tantangan berat berupa makin maraknya penyebaran pemahaman intoleran dan radikal. Ironisnya, pemahaman-pemahaman intoleran ini justru banyak tersebar di lembaga-lembaga pendidikan Islam.
  • Hal ini menjadi fokus perhatian Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Madinatul Ilmi yang ingin mencetak guru-guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang toleran.
  • “Mahasiswa di STAIMI ini variatif, lintas pemikiran dan mazhab. Dosen-dosennya juga. Ini karena kita ingin menciptakan kampus yang toleran, multi pemikiran,” ujar Rektor STAIMI, Drs. Asep Kusnadi, M. Pd.
  • Hal ini diungkapkan Asep dalam kuliah umum bertema “Guru PAI yang Toleran Terhadap Perbedaan” di Kampus STAIMI, Sawangan Depok, Kamis (10/3). Asep berharap, dengan semangat ini, mahasiswa-mahasiswa STAIMI saat lulus nanti bisa kembali ke daerahnya dan menyebarkan semangat toleransi ini.
  • “Kita ingin mahasiswa nantinya saat kembali ke daerahnya berdakwahnya dengan menyebarkan semangat toleransi ini,” lanjut Asep.
  • Pendidikan Multikultur Bekal Guru Toleran
  • Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Dr. Asep Hilman, M. Pd yang juga hadir dan menjadi narasumber utama kuliah umum ini menjelaskan, menjadi kewajiban guru PAI untuk mendidik anak-anak didiknya agar berkarakter toleran.
  • “Perbedaan itu rahmat. Makanya kita harus toleran. Salah satu caranya, melalui pendidikan multikutural. Ini yang harus diajarkan kepada anak didik nanti,” pesan Hilman kepada mahasiswa-mahasiswi STAIMI yang hadir dalam kuliah umum tersebut.
  • “Pendidikan multikultural yang menghargai perbedaan ini sudah dicontohkan oleh pendiri bangsa kita dulu. Yaitu saat merumuskan Pancasila,” terang Hilman. “Jadi dari awal, konsep toleransi sudah sangat ditekankan oleh pendiri bangsa kita.”
  • Di tengah tantangan dunia yang makin mengglobal, Hilman berpesan kepada para mahasiswa-mahasiswi STAIMI yang sengaja dicetak menjadi guru PAI ini agar jangan sampai melupakan semangat toleransi ini.
  • “Indonesia sebagai negara terbanyak penduduknya keempat di dunia, dengan posisi strategis geopolitik dan geoekonominya, lalu ada juga MEA, semua itu akan mempengaruhi bangsa kita. Di situlah tantangan menjaga toleransi di Indonesia,” ujar Hilman.
  • Tantangan-tantangan inilah yang harus dihadapi bersama, dengan tetap menjaga semangat toleransi di tengah keragaman, demi persatuan bangsa. 
0 Komentar untuk "Peran Guru PAI Sebagai Agen Toleransi"