Setiap memasuki bulan Rajab, sebagian kaum muslimin akan langsung terbesit di dalam fikirannya yakni bahwa bulan rajab adalah bulan Isra’ Mikraj. Padahal, disamping peristiwa bersejarah tersebut, juga terdapat peristiwa-peristiwa lain yang juga sangat bersejarah dan turut serta memberikan perubahan bagi kehidupan kaum muslimin.

Apa sajakah peristiwa tersebut?

Isra’ Mikraj (27 Rajab).
Tepat malam 27 Rajab, nabi Muhammad saw melakukan perjalanan yang dikenal dengan Isra’ Mikraj, dimana nabi Muhammad diperjalankan berangkat dari Masjidil Haram menuju masjid al aqsha di baitul maqdis palestina. Isra’ Mikraj itu sendiri adalah hiburan yang diberikan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw, sebagai penguat dirinya, dalam menjalani beratnya perjalanan dakwah yang beliu hadapi, terlebih lagi setelah meninggalnya isteri yang begitu beliau cintai dan sayangi yakni Khadijah ra yang selalu setia berada di sisi nabi, memberikan dukungan moril dan spiritual juga materi akan dakwah nabi, juga meninggalnya paman beliau yakni Abu Thalib, orang yang selama ini memberikan himayah (perlindungan) akan dakwah nabi Muhammad saw.

Pembebasan Baitul Maqdis Palestina
27 Rajab 583 H, Shalahudin al Ayyubi bersama pasukan kaum muslimin bergerak mengepung dan membebaskan tanah Palestina yang setelah sekian abad lamanya dikuasai oleh pasukan salibis. Pembebasan itu sendiri tidak mendapatkan perlawanan yang berarti dari pasukan salibis.

Umat Islam Palestina pun akhirnya kembali dapat hidup dengan melaksanakan syariah Islam di bawah system pemerintahan Khilafah Islam.

Penghapusan system khilafah
28 Rajab 1342 H atau tepatnya pada 03 Maret 1924, seorang pengkhianat yang bernama Mustafa Kemal at-Tarturk, seorang yang berketurunan Yahudi dari suku Dunamah, seorang agen barat (Inggris), telah menghapuskan system pemerintahan Islam yakni istem Khilafah, yang kemudian diganti dengan system pemerintahan Republik.

Sejak saat itulah, petaka, bencana dan musibah menimpa umat Islam. Aturan syariah Islam dicampakan, dan dig anti dengan aturan yang berpijak pada ideology Kapitalisme-Sekuleris.

Umat Islam yang dulunya berada pada satu wilayah kekuasaan pemerintahan, kini telah terpecah-pecah menjadi negeri-negeri kecil sekitar 57-an Negara, yang disekat dengan batas territorial wilayah atas nama Nasionalisme.

Bulan Rajab, Bulan Perjuangan

Saatnya, di bulan rajab sekarang ini, semangat Rajab adalah semangat untuk menuju perubahan yang lebih baik, dan perubahan yang lebih baik itu hanya akan terjadi jika berasal dari system kehidupan yang baik. Dan system kehidupan yang baik adalah yang berasal dari dzat yang maha baik, Dia-lah Allah swt, yang telah memberikan janji akan memberikan kekuasaan (istikhlaf) kepada kaum muslim.

Sebagaimana dalam surat an nuur ayat 55, Allah swt berfirman



وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٥٥﴾

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal salih di antara kalian bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan dengan sesuatu pun. Siapa saja yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik.” [TQS An Nuur : 55]

Dalam surat ini, Allah memberikan beberapa penegasan, Pertama, ayat ini dimulai dengan, “Wa’ada-Llahu (Allah berjanji)..” yang menunjukkan jaminan kepastian akan terwujudnya apa yang dijanjikan.

Kedua, janji yang dijanjikan itu diungkapkan dengan menggunakan redaksi yang jelas, “La yastakhlifannahum (Dia sunguh-sungguh akan memberikan Khilafah [kekuasaan] kepada mereka).”  Frasa ini mempunyai makna yang mendalam, karena disusun dari, Lam yang merupakan jawab dari sumpah Allah, diakhiri dengan nun yang digandakan (tasydid), atau disebut nun taukid tsaqilah, yang berarti “penegasan ganda”.

Ditambah pilihan lafadz, yastakhlifa yang merupakan satu akar kata dengan lafadz khilafah. Semuanya ini tidak bisa diartikan lain, kecuali bahwa janji berdirinya khilafah ini merupakan janji yang pasti.

Mungkin ada sebagian kaum muslimin yang berpendapat bahwa janji Allah tersebut telah kadaluarsa, karena Khilafah telah Allah berikan pada masa Khulafaur Rasyidin. Pendapat tersebut tidak benar, karena janji Allah berlaku tanpa batas, dan hal tersebut juga dipertegas oleh bisyarah (kabar gembira) yang disampaikan oleh nabi Muhammad saw bahwa Khilafah akan tegak kembali.

Sebagaimana dalam sebuah riwayat disampaikan,



حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ كُنَّا قُعُودًا فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ بَشِيرٌ رَجُلًا يَكُفُّ حَدِيثَهُ فَجَاءَ أَبُو ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيُّ فَقَالَ يَا بَشِيرُ بْنَ سَعْدٍ أَتَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأُمَرَاءِ فَقَالَ حُذَيْفَةُ أَنَا أَحْفَظُ خُطْبَتَهُ فَجَلَسَ أَبُو ثَعْلَبَةَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ (رَوَاهُ اَحْمَدُ)
Imam Ahmad berkata, “Sulaiman bin Dawud al-Thayaalisiy telah meriwayatkan sebuah hadits kepada kami; di mana ia berkata, “Dawud bin Ibrahim al-Wasithiy telah menuturkan hadits kepadaku (Sulaiman bin Dawud al-Thayalisiy). Dan Dawud bin Ibrahim berkata, “Habib bin Salim telah meriwayatkan sebuah hadits dari Nu’man bin Basyir; dimana ia berkata, “Kami sedang duduk di dalam Masjid bersama Nabi saw, –Basyir sendiri adalah seorang laki-laki yang suka mengumpulkan hadits Nabi saw. Lalu, datanglah Abu Tsa’labah al-Khusyaniy seraya berkata, “Wahai Basyir bin Sa’ad, apakah kamu hafal hadits Nabi saw yang berbicara tentang para pemimpin? Hudzaifah menjawab, “Saya hafal khuthbah Nabi saw.” Hudzaifah berkata, “Nabi saw bersabda, “Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja dictator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam”.[HR. Imam Ahmad]

Oleh karenanya, bulan rajab ini adalah salah satu bulan yang bisa dijadikan momentum untuk semakin meneguhkan perjuangan dalam rangka mewujudkan janji dari Allah swt bisyarah dari Rasulullah saw bahwa Khilafah akan segera tegak melalui perjuangan, perjuangan yang tidak kenal lelah serta penuh keikhlasan dari para pengemban dakwah perjuangan tersebut. Wallahu a’lam
0 Komentar untuk "Tiga Peristiwa Penting di Bulan Rajab"