BINGUNG! Begitu lah kondisi pelajar di Indonesia
pascakepastian penerapan sistem Ujian Nasional (UN) baru yang diberlakukan per
2017 ini. Macam hal-hal serupa yang sebelumnya dilakukan terhadap tata cara UN,
kondisi baru ini jelas membingungkan para calon pesertanya.
Kebingungan memang biasa menyeruak saat sebuah
kebijakan baru diluncurkan. Pun saat ada kebijakan baru diterapkan pemerintah
saat pelaksanaan UN, beberapa waktu lalu.
Kebingunan itu juga wajar, karena para peserta akan
menemui hal-hal baru saat sebuah kebijakan diterapkan. Apalagi, sebelumnya
mereka telah lebih dulu mempersiapkan diri untuk mengikuti UN berdasarkan tata
cara lama.
Diberitakan Banjarmasin Post edisi Selasa
(3/1.2017), setelah usulannya agar UN dihentikan sementara ditolak Presiden
Joko Widodo, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy
membuat keputusan baru.
Jumlah mata pelajaran pada UN 2017 dikurangi dari
enam menjadi tiga. Selain tiga mata pelajaran wajib yang akan diujikan yaitu
Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, para siswa SMA bisa memilih
satu mata pelajaran sesuai permintaan untuk diujikan.
Penerapan tata cara UN inilah yang membuat calon
peserta UN menjadi kebingungan. Mereka sebelumnya belum pernah menerima
kisi-kisi tata cara ujian seperti ini.
Diyakini, para guru yang sebelumnya memberikan
kisi-kisi terkait tata pelaksanaan UN kepada murid-muridnya, juga tidak
mengetahui bagaimana tata cara ujian yang akan dihadapi anak didiknya.
Kebijakan baru yang diterapkan pemerintah kali ini,
dan seperti pejabat sebelumnya, melengkapi anekdot sistem pendidikan di negeri
kita akan mengikuti kebijakan siapa menterinya. Tiap ganti menteri juga
disertai diterapkannya sistem baru pendidikan.
Kondisi demikian berulang-ulang terjadi dan menjadi
momok bagi dunia pendidikan. Alasannya, tentu semua dilakukan untuk kebaikan
dunia pendidikan di Indonesia.
Namun para pengambil kebijakan tersebut mestinya
jangan lupa, kini dipastikan persiapan yang dilakukan para siswa yang akan
menghadapi UN di 2017 akan mengalami kendala.
Kalau sebelumnya mereka sudah siap 100 persen, kini
harus kembali melakukan beberapa persiapan berdasarkan aturan sistem yang baru.
Mungkin sudah banyak pakar atau pengamat pendidikan
memberikan masukan bagi para pengambil keputusan, agar kebijakan yang diambil
bisa bersifat berkesinambungan. Pejabat yang baru hanya perlu meneruskan
kebijakan pendahulunya.
Harapannya, kebijakan yang diambil sang pejabat
harus memperbaiki sistem yang sudah ada, bukannya membuat sistem baru yang
dapat membuat bingung para generasi penerus bangsa ini.
Silakan uji ilmu yang mereka dapat di bangku sekolah
melalui metode yang mampu dipertanggungjawabkan. Agar apa yang mereka peroleh selama
mengikuti pendidikan, benar-benar tertanam di pikiran, bukan sekadar tertulis
di dalam buku pelajaran.
0 Komentar untuk "Jangan Membuat Generasi Kita Bingung"