Sejarah silam membuktikan bahwa secara kuantitas umat Islam di jaman Rasulullah sangatlah sedikit tetapi secara kualitas mereka adalah orang-orang yang unggul dibidangnya. Umar Bin Khatab, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud dll adalah para peemikir dan ilmuwan besar . Dibidang entrepreneur lahirlah Utsman bib Affan, Abdurrahman bin Auf dll. Di bidang Hukum lahirlah Ali bin Abi Thalib, Di bidang Intelijen lahirlah Hudzaifah, dibidang bahasa lahirlah Zait bin Tsabit dll. Mereka adalah orang-orang besar yang lahir kemuka bumi ini dengan pemikiran cemerlang dan melebihi jamannya pada saat itu
Mengapa demikian ?
Pertama : tidak bisa dipungkiri bahwa mereka lahir dari bimbingan sang maha guru yang tawadhu, jenius dan selalu mengamalkan ilmu yang diajarkannya yaitu Rasulullah SAW. Kedua: mereka adalah murid-murid sekaligus sahabat yang sangat menghormati sang guru sehingga kode etik antara guru dan murid selalu terjaga “Sami’na wa Atho’na” (Kami Dengar dan Kami Taat). Ketiga : Ada rahmat dan keberkahan yang diperoleh dari proses transfer ilmu tersebut.
Ketiga alasan inilah yang menurut saya menjadi alasan utama, pertama dan mendasar yang menggambarkan fenomena pendidikan kita pada saat ini. Tentu masih banyak factor yang mempengaruhinya.
Misal : Semakin langkanya mencari sosok guru ideal mendekati (30-50%) sosok Rasulullah SAW.
Misal: Murud-murid kita adalah sosok yang kritis karena ditempa oleh pesatnya jaman globalisasi dan menganut paham kawanisme (Guru sama dengan kawan) sehingga menghormati guru menjadi sesuatu yang sudah mulai kering, menipis bahkan hilang.
Dua misal diatas kemudian menjadi alasan Ilmu yang dtransfer menjadi tidak berkah dan jauh dari manfaat. Na’udzubilahi Min dzalik
Solusinya adalah
Kita harus merekontruksi kembali visi, misi system Pendidikan kita, pandangan hidup guru kita, misi kehidupan murid-murid kita tentang apa, siapa, darimana, hendak kemana kita sebagaimana manusia beriman, tentang alam, tentang lingkungan atau apapun yang mengitari kita.
Kalau proses rekontruksi tersebut berjalan dengan baik. Insya Allah Rahmat dan Keberkahan itu akan turun kepada kita, keluarga kita, masyarakat kita dan Negara kita. Wallahu ‘alam.
Memaknai HARDIKNAS 2013 : Dengan “ Mencari Ruh Pendidikan yang Hilang”
GPAIKotabaru
- 23.47
Terimakasih telah membaca : Memaknai HARDIKNAS 2013 : Dengan “ Mencari Ruh Pendidikan yang Hilang”. Silahkan masukan email anda dibawah ini! dan anda akan otomatis mendapatkan kiriman artikel terbaru dari GPAIKotabaru. Terimakasih.
0 Komentar untuk "Memaknai HARDIKNAS 2013 : Dengan “ Mencari Ruh Pendidikan yang Hilang”"