- GPAIKotabaru

“ kalian adalah ummat terbaik……..”

Satu demi satu, sahabat-sahabat Rasulullah berubah, seiring dengan berjalannya waktu mereka ikut mengalami proses rekonstruksi (pembangunan ulang) visi, misi dan pandangan hidup mereka tentang Tuhan sebagai pencipta, tentang diri sebagai manusia, tentang alam sebagai tempat mereka hidup dan tentang misi hidup di dunia ini. Disinilah dinamika awal perubahan besar konsep diri yang pada akhirnya secara tiba-tiba gurun jazirah Arab dipenuhi oleh model-model  umat terbaik (khairu ummah) yang siap memimpin dunia 
Dari masyarakat yang buta aksara dan buta etika itu, lahirlah pemikir dan ilmuwan besar seperti Umar bin Khaththab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Zaid Bin Tsabit dll yang menurut catatan Ibnul Qayyim ada sekitar 100 sampai 110 orang ulama yang diwariskan Rasulullah setelah beliau wafat.
Dari masyarakat yang tidak terstruktur itu lahirlah pemimpin-pemimpin negara seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib atau panglima-panglima besar sepertiKhalib bin Walid, Abu Ubaidah, Sa’ad bin Abi Waqqash dll
Dari mereka pula munculah puluhan entrepreneur ulung seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dll yang sebagian  besar hasil usahanya  dipersembahkan untuk membantu perjuangan dakwah Islam.
Sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa Islam tidak pernah berhenti mencetak manusia-manusia tangguh Yang kedewasaanya melebihi umurnya, pikirannya jauh melampaui jamannya dan solusi dari setiap masalah yang ada  jauh mendahului sebelum masalah menghampirinya. Kini, dalam menyongsong kebangkitan Islam di abad XXI ini, kita merindukan model-model “Khairu Ummah” yang kehadirannya bisa menggoncangkan dunia dan bisa membuat setiap orang terpesona  karena aura ketangguhannya baik tangguh secara Iman dan Taqwa maupun tangguh secara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 

LANDASAN Syar;’I
Sangat beruntung kita  karena telah memilih dan dipilih oleh Allah sebagai muslim. (QS. Al-Hajj, 22;78) Pilihan yang didasarkan kesadaran penuh, perasaan yang tulus ikhlas akan menjadikan Islam sebagai dasar semua segi kehidupannya. Segala sikap dan perilaku berkeluarga, berbisnis, bermasyarakat dll semuanya tidak lepas dari norma-norma Islam. Jika demikian maka kita sudah termasuk dalam kategori “Muslim Kaffah”….Dan masuklah Islam secara menyeluruh..(QS. Al-Baqarah, 2:208)
Allah berfirman dalam QS. Al-Ashr : Demi waktu, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.
Allah pertama kali mengatakan Wal Ashr, Demi Waktu dan ini adalah sumpah artinya Allah bersumpah dengan makhluknya yaitu waktu. Ahgli tafsir mengatakan jika Allah bersumpah dengan makhluknya berarti makhluk tersebut memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Konsep waktu dalam al-Qur’an surat Al-Mulk ayat 2 : “Dia-lah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan agar dia menguji kamu, siapakah yang paling banyak amalnya..”
Yusuf Qardhawi mengatakan “Al-waqtu huwal hayat” Waktu adalah hidup itu sendiri…
Jika dalam arti ini maka sama artinya Wal-Ashr itu dengan Demi Kehidupan.
Kemudian kata “Inna”(sungguh) kata yang berfungsi sebagai penguat dan memiliki pengaruh psikologis dalam membuat sebuah pernyataan bahwa “Sesungguhnya semua jenis manusia itu benar-benar akan berada dalam kerugian baik fisik, materil, ruhani, spritual, ekonomi, politik dst” Bersifat umum dan semua jenis manusia termasuk dalam kategori ini (merugi)
Setelah itu Allah membuat sebuah pengecualiaan dengan kata “Illa” yaitu orang-orang yang terbebas dari kerugian  yaiotu :
1.      orang yang beriman
2.      orang yang beramal shaleh
3.      orang yang berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran
Iman adalah kebenaran yang kita pahami dan kita yakini secara rasional dan emosional menyangkut pengetahuan akal dan keyakinan hati
Beramal shaleh berarti mengaflikasikan kebenaran dari iman tadi. Menurut Ibnul Qayyim, jika seseorang sudah beriman dan beramal shaleh maka dia sudah sempurna secara pribadi atau shaleh secara pribadi. Tapi Islam tidak menginginkan keshalehan tersebut disimpan sendiri tetapi hendaknya didistribusikan kepada orang lain sehingga lahirlah keshalehan kolektif (keshalehan social) yang bisa dilakukan dengan cara “saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran” (tawasau bil haq I wa tawasau bi shshabr)
Pada akhirnya nanti “proses saling berwasiat” ini melahirkan pengalaman yang manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh pelakunya artinya proses penciptaan keshalehan pribadi dan keshalehan kolektif (social,orang lain) bukan hanya pengetahuan belaka tetapi sudah mencapai “kelezatan iman”
Contoh Di Fakultas Ekonomi kita diajarkan bagaimana cara menjadi kaya. Ini namanya pengetahuan. Tapi jika kita punya uang, defosito 10 miliyar di Bank, maka inilah yang namanya pengalaman.

KUALIFIKASI MUSLIM “KHAIRU UMMAH”
            Setiap orang harus melalui tiga tangga untuk menjadikan dirinya “Khairu Ummah” yang siap mengaktualisasikan Islam dalam berbagai dimensi kehidupan kita.
1.      Afiliasi
Adalah memahami dengan baik alasan kita memilih Islam sebagai “way of life” yang dibuktikan dengan tiga komitmen
a.   Komitmen akidah pada Islam
      Kita memahami semua ajaran Islam sebagai sebuah system tatanan kehidupan yang mampui membaca dan memahami berbagai peristiwa dan masalah kehidupan dalam kaca mata Islam.
b.      Komitmen metodologi/ syari’ah
Menjadikan Islam sebagai akhlak dan perilaku sehari-hari baik sebagai pribadi, keluarga , masyarakat, pekerja dsb dalam semua segi kehidupan kita
c.   Komitmen sikap/akhlak
Disinilah tahap iman dan amal shaleh. Kebenaran-kebenaran yang sudah kita yakini dan kita pahami tadi kemudaian kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Kita merupakan penjelmaan dari apa yang kita pikirkan dan kita rasakan. Hal inilah yang akan membentuk cara kita berakhlak

Tahap afiliasi ini merupakan tahapan menjadi “shaleh secara pribadi”. Pada umumnya kita hanya baru pada komitmen ideology )keyakinan) saja, sedangkan dua komitmen lainnya belum dimiliki. Oleh karena itu wajar kalau perjalannya menuju “Khairu Ummah” menjadi tersendat-sendat.
2.  Partisipasi
Setelah khusyuk dalam iman dan amal shaleh pribadi, baru kita mulai terlibat dalam kehidupan social. Berarti kita disini harus bisa mendistribusikan kesalehan pribadi kepada orang lain agar menjadi keshalehan kolektif (social). Namun partipasi yang diinginkan haruslah partisipasi integral yang mengakar pada emosi kita seperti
a.   Sense in-group
      adalah rasa keterlibatan dengan kaum msulimin, merasa bagian dari kaum muslimin yang membentuk “ukhuwah” (persaudaraan) dan “ruhama” (saling menyayangi) serta memilki tingkat kepedulian terhadap masalah-masalah umat
b.   Memiliki sejumlah ilmu social kemasyarakatan
Tujuannya adalah agar keterlibatan kita dilakukan dengan cara sadar, terarah dan dewasa contoh ilmu komunikasi, ilmu psikologi dll. Imam Bukhari berkata “ Berilmulah dulu sebelum beramal”
  1. Mengetahui dengan jelas lingkungan social budaya 
Tujuannya agar kita tahu cara ber”amar ma’ruf nahi mungkar”

DISINILAH KITA MENJADI DA’I

3.   Kontribusi
      Adalah bahwa kita harus memilih satu bidang spesialisasi ilmu atau profesi yang kita yakini dapat menjadi unggul. Kita tidak akan pernah menjadi segalanya dan tidak akan pernah  sanggup melakukan segalanya. Kemampuan kita terbatas dan sebagai kontributor kita harus mengetahui titik kekuatan kita. Kemudian berikanlah karya terbaik kita kepada Islam sebagai bukti “Khairu Ummah”dengan perasaan tulus
      Sebagian bidang kontribusi :
  1. Bidang pemikiran/ilmiah
  2. Bidang Kepemimpinan
  3. Bidang Profesi
  4. Bidang Finansial

DISINILAH KITA MENJADI MUJAHID

            Jika ranah Keshalehan Pribadi, Seorang Da’I  sekaligus seorang Mujahid bersenergi pada diri seseorang maka “biarkanlah mereka terpesona” melihat aura kita. Karena kitalah yang akan memimpin dunia, karena hanya kitalah yang sanggup mengemban misi peradaban Islam dan  karena hanya kitalah yang sanggup meyongsong abad XXI. Karena kita “ KHAIRU UMMAH” (umat, generasi terbaik). Allahu a’lam.

                                                                                              

0 Komentar untuk " “KHAIRU UMMAH”"